Rabu, 15 Mei 2013

Pesanggrahan Langenharjo


Pesanggrahan Langenharjo ternyata memiliki nilai-nilai filosofis baik dalam tata ruang, tata bangunannya maupun tata lingkungan yang kesemuanya telah berhasil diciptakan oleh Paku Buwono IX dan yang kemudian dikembangkan oleh Paku Buwono X Pesanggrahan Langenharjo didirikan oleh Sunan paku Buwono IX Tahun 1970 dan dilanjutkan oleh Sunan Paku Buwono X. Saat itu tempat ini digunakan oleh keluarga Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk rekreasi. Bagian bangunan penting dari Pesanggrahan Langenharjo yang mengandung falsafah itu adalah sebagai berikut :

  1. Bangunan berbentuk hampir mempunyai kesamaan dengan bangunan Kraton Surakarta.
  2. Pendopo Probosono yang ada di bagian depan dengan segala komponennya adalah tempat untuk menerima tamu-tamu terhormat lebih dari drajat masyarakat biasa dan di tempat ini acara-acara resmi dilakukan.
  3. Kamar tamu yang dibangun dibagian utara Pendopo dengan Probosono ini menunjukkan keterbukaan dan ketulusan jiwa dalam menerima tamu-tamu negara.
  4. Dapur Pinoto yang dibangun di bagian selatan dari Pendopo Depan Probosono ini merupakan tempat yang melambangkan keagungan rakyat (abdi dalem) dalam mempersiapkan jamuan bagi para tamu.
  5. Bangsal Keprajuritan namun bangunan bangunan ini sekarang sudah tidak ada lagi, disamping lapuk dimakan usia, juga karena terkena proyek pelurusan Bengawan Solo.
  6. Dalem Ageng  bagian dalam yang merupakan faktor tertinggi kegiatan-kegiatan yang bersifat kenegaraan yang merupakan inti acara kenegaraan. Pada bagian atas dari Dalem Agung ini terdapat Ruang untuk semedi yang digunakan Raja apabila ingin mengadakan kontak spiritual dengan Nyi Roro Kidul.
  7. Ruang Kaputren ruang ini dikhususkan bagi putra-putra raja yang melambangkan kemulyaan pribadi.
  8. Dalem Pungkuran merupakan ruangan tertutup untuk menyelenggarakan pertemuan kenegaraan yang terbatas dari keluarga kraton, lambing dari keakraban tertutup, sekaligus juga lambing pungkuran terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  9. Sanggar Pemujaan / Ruang Semedi ini dapat lebih leluasa digunakan bukan bagi pribadi raja akan tetapi bagi putra-putra raja yang memerlukannya dan masih aktif digunakan oleh raja dan keluarganya, tidak untuk umum.
  10. Pemandian air yang mengandung belerang dibangun bagian belakang airnya dianggap bertuah untuk menyembuhkan penyakit kulit dibangun oleh Paku Buwono X pada tahun 1893 – 1939 air yang diambil dengan sistem artesis perpipaan dari kedalaman 100 m. Kemudian ditampung dalam bak dan dialirkan ke bak-bak mandi dalam ruangan tertutup.